medcom – Jakarta: Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Onten Purbasari, menilai pembelajaran seni rupa di SLB Ma’arif Muntilan sudah cukup baik. Hal itu Terlihat dari segi bentuk, teknik, dan pewarnaan siswa tunarungu berupa tarikan garis yang lancar, perspektif telah terlihat, pewarnaan rapi dan sesuai dengan tema objek sendirinya, serta bentuk karya seni rupa yang dibuat oleh siswa tampak sesuai dengan tema yang diberikan guru.
Hasil penelitian itu dia tuangkan dalam tugas akhir untuk program studi Sarjana Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa Seni dan Budaya UNY. Penelitian berjudul ‘Pembelajaran Seni Rupa dan Karakteristik Karya Seni Rupa Siswa Tunarungu di SLB Ma’arif Muntilan’.
Onten juga menemukan perubahan yang tampak dari hasil pembelajaran pada siswa tunarungu. Yakni kepercayaan diri, mampu beradaptasi dengan baik, mandiri, meningkatkan kesadaran dalam mengikuti kegiatan pembelajaran seni rupa, dan memahami kemampuan yang ada di dalam diri.
Adapun, keunikan pembelajaran seni rupa di SLB Ma’arif Muntilan yakni pada proses bimbingan, guru menggunakan beberapa bentuk terhadap siswa tunanetra ketika mengikuti pembelajaran seni rupa. Seperti mengajarkan cara menggambar menggunakan metode manual, metode oral, metode mencontoh, dan metode ekspresi bebas dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami instruksi.
“Pelaksanaan pembelajaran seni rupa meliputi kegiatan pembukaan kemudian kegiatan inti meliputi mengamati, bertanya, komunikasi, dan kegiatan penutup dengan pengumpulan karya, penilaian, dan salam. Tetapi guru dalam pembelajaran belum menyusun RPP dan kurikulum, karena lebih memperhatikan keadaan siswa tunarungu” kata Sari, panggilan akrab Onten dikutip dari laman uny.ac.id, Selasa, 20 Juni 2023.
Gadis kelahiran Magelang, 13 Maret 2000 itu menjelaskan SLB Ma’arif Muntilan dalam sistem pembelajaran tidak hanya membekali siswa berkebutuhan khusus dengan mata pelajaran saja. Namun, juga membekali siswa dengan keterampilan sebagai pengembangan kepribadian sekaligus pola pikir sebagai sarana pengembangan bakat, mandiri, dan minat siswa tersebut.
Salah satu pembelajaran seni dan keterampilan di SLB Ma’arif Muntilan yaitu pembelajaran seni rupa. Seni rupa berfungsi untuk media ekspresi pada anak berkebutuhan khusus.
Melalui seni rupa ini anak dapat menuangkan seluruh imajinasi, ide, dan perasaan yang ada dalam dirinya. Pembelajaran seni rupa di SLB Ma’arif Muntilan bukan untuk pembelajaran wajib diikuti oleh siswa, tetapi merupakan pelajaran esktrakurikuler.
Guru mata pelajaran seni rupa SLB Ma’arif Muntilan, M Arief Kurniawan, menuturkan tema pembelajaran menggambar antara lain lingkungan, pemandangan, kaligrafi, bangunan, pohon, dan hewan. Berdasarkan pengamatan pada saat pembelajaran seni rupa membutuhkan kesabaran yang tinggi karena dalam membuat karya seni rupa mereka menghabiskan banyak waktu untuk menggambar dan mewarnai sesuai dengan kemampuan masing-masing.
“Guru membutuhkan kesabaran saat mengajar di kelas, karena tidak dapat memaksakan siswa untuk menyelesaikan karya seni rupa dengan tepat waktu,” kata Arief.
Selain itu, pembelajaran seni rupa di SLB Ma’arif Muntilan dapat membantu perkembangan motorik halus, misalnya mengendalikan gerakan tangan dengan melalui mata sendiri bagi anak tunarungu. Setiap karya seni rupa yang dihasilkan juga akan memiliki keunikan tersendiri.
Selama kegiatan di dalam kelas, siswa tunarungu tanpa membentuk kelompok dan saling berkomunikasi di dalam kelas layaknya seperti anak umum berbincang-bincang di dalam kelas.
Kepala Sekolah SLB Ma’arif Muntilan, Zuni, mengatakan sekolahnya sangat membutuhkan alumni jurusan Pendidikan Luar Biasa. Hal itu agar bisa menyesuaikan dengan kondisi siswa.
“Bila beda jurusan kan kasihan belum tahu cara penanganannya apalagi masih baru belajar. Kendala kekurangan guru disebabkan oleh kurangnya tenaga pendidik yang diterima, maka akibatnya guru harus rombel beberapa kelas tersebut,” ungkap Zuni.
Zuni mengatakan akibat kurangnya guru, sehingga terdapat kendala dalam menyusun RPP, kurikulum, dan membuat laporan pada pemerintah. Oleh karenanya, sekolah membutuhkan guru baru karena siswa banyak sekali.
Penelitian Sari membawanya menyelesaikan studi di program studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa Seni dan Budaya UNY. Sari merupakan seorang gadis penyandang disabilitas tunarungu dan mendapatkan beasiswa difabel dari UNY.
Anak pertama pasangan Edi Ahmad Umar dan (alm) Sri Khasanah itu mendapatkan IPK 3,58. Namun, belum termasuk nilai skripsi karena masih menunggu revisi dan penilaian dari dosen.
Warga Gamol Paremono Mungkid Magelang tersebut berharap ke depan menjadi orang bermanfaat bagi masyarakat terutama bagi penyandang tunarungu, sekaligus mendapat pekerjaan yang sesuai ilmunya.