Bandung – TemanBaik, kamu pernah membayangkan enggak ada sekelompok tunarungu alias teman Tuli bermain angklung? Mungkin enggak sih permainan angklung mereka bisa sinkron satu sama lain? Jawabannya adalah sangat mungkin. Mau tahu ceritanya? Simak ulasannya yuk!
Kegiatan angklung adalah salah satu ekstrakurikuler di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung. Kegiatan ini sudah ada sejak 1980-an lalu. Tapi, memang ada pasang-surut dari aktivitas ekstrakurikuler ini.
Nah, TemanBaik mungkin penasaran bagaimana cara teman Tuli ini bisa bermain angklung. Sebab, teman Tuli ini tentu tak bisa mendengar. Sementara angklung adalah alat musik. Cara menggunakannya pun harus dengan beberapa orang sehingga membentuk harmoni satu sama lain.
Jika mereka tidak bisa mendengar, lalu bagaimana mereka sinkron dengan pemain angklung lainnya? Ada triknya loh. Untuk memainkannya, ada dua konduktor yang bertugas memandu para teman Tuli ini. Satu orang bertugas sebagai konduktor kord, satu lagi sebagai konduktor melodi. Masing-masing konduktor bertugas membuat para pemain angklung membunyikan angklungnya sesuai nada lagu. Gestur tangan dari para konduktor inilah yang akan diterima teman Tuli sebagai instruksi, kapan mereka harus membunyikan angklung dan kapan harus diam.
Untuk membawakan lagu menjadi sebuah harmoni yang indah, tentu bukan hal mudah. Apalagi, mereka tidak bisa mendengar. Sehingga, mereka pun tak tahu bagaimana bunyi angklung yang dimainkan. Dalam melatih teman Tuli bisa bermain angklung dengan harmonisasi yang bagus, butuh waktu cukup lama. Sebab, mereka perlu terus diasah kemampuannya agar bisa memainkan angklung dengan tepat dan kompak.
“Mereka ini kan mengalami hambatan pendengaran, jadi otomatis memang tidak gampang (melatihnya),” kata Wakil Kepala SLB Negeri Cicendo Kota Bandung yang juga konduktor angklung Santi Komaladini.
Ingin Menghibur
Permainan angklung sendiri menjadi sajian yang bisa memanjakan telinga. Apalagi jika dimainkan banyak orang dengan harmonisasi yang apik. Jadi, mereka yang memainkannya bisa sekaligus menikmatinya.
Ini berbeda dengan para teman Tuli anggota ekstrakurikuler angklung di SLB Negeri Cicendo. Ya, mereka tak bisa mendengar. Tapi, kenapa sih mereka mau bermain angklung? Tujuannya cuma satu, mereka ingin menghibur orang lain di tengah keterbatasan pendengaran mereka.
Salah satu penampilan mereka terlihat dalam kegiatan ‘Wonderful DEAFferent Show’ pada akhir pekan lalu di Istana Plaza Bandung. Ini adalah expo pendidikan sekaligus peringatan HUT-ke11 SLB Negeri Cicendo.
Di sini mereka membawakan beberapa lagu, salah satunya ‘Selamat Ulang Tahun’ yang dipopulerkan band rock Jamrud. Jika melihat langsung ke lokasi, TemanBaik pasti enggak nyangka deh jika mereka adalah teman Tuli. Harmonisasi mereka begitu apik. Tak ada nada yang melenceng sedikitpun.
“Anak-anak ini hanya menikmati bermain angklung saja (tanpa mendengar). Mereka ini enggak mendengar, tapi mereka berusaha menghibur,” ujar Dedeh Rohayati, konduktor lainnya.
Dalam benak para teman Tuli ini, tak masalah mereka tak mendengar. Tapi, hal itu justru menjadi tantangan untuk membuktikan diri bahwa mereka bisa menghibur orang lain dengan cara yang mungkin oleh sebagian orang dianggap tak mungkin.
Hebatnya, para teman Tuli ini cukup sering loh tampil di berbagai kegiatan. Mereka bahkan sering diundang untuk tampil di beberapa kampus di Bandung. Saat pemecahan rekor MURI memainkan angklung terbanyak di Bandung beberapa tahun lalu, anak-anak ini juga jadi bagiannya loh.
Tapi, ada sisi keunikan lain dari permainan angklung mereka. Saat berlatih, mereka biasanya cukup sulit. Meski begitu, hal berbeda terlihat ketika mereka tampil di atas panggung.
“Kalau lagi serius, mereka bisa benar-benar serius. Malah bisa dikatakan kalau tampil mereka bisa lebih bagus dari latihan. Karena mereka merasa punya rasa tanggung jawab untuk menghibur penonton,” ucap Santi.