Laporan Wartawan Tribun Jabar, Syarif Pulloh Anwari

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Kamis, 14 Maret 2019

Editor: Ichsan

– Bangunan Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Cicendo Bandung di Jalan Cicendo Nomor 2, Kota Bandung merupakan sekolah bagi siswa tunarungu tertua di Indonesia.

SLBN Cicendo Bandung didirikan pemerintahan Kolonial Belanda pada 3 Januari 1930 atas inisiatif Ny CM Roelfsema Wesselink, istri Dokter HL Roelfsema, seorang ahli THT di Indonesia.

“Sekolah ini paling tua se-Indonesia untuk sekolah tuli bisu, bahkan se Asia dan sekolah pertama tuli bisu,” ujar Wakasek Kurikulum guru kelas XI, Ine Rahayu saat ditemui Tribun Jabar di SLBN Cicendo Kota Bandung, Kamis (14/3/2019).

Sekolah ini dibangun pada 6 Mei 1933 oleh Karisidenan Priangan dan Hoogedelgeboren Vrouwe A.C de Jonge, Gebaran Baronesse Van Wassenoar, istri dari Gouverneur Generaal Van Nederland disch Indie, Zijne Excellentie Mr. D.C. de Jonge.

Pada 8 Desember 1933 gedung sekolah dan asrama diresmikan, jumlah muridnya 26 orang dan 6 orang tinggal di luar asrama.

Setelah dibangun, gedung sekolah ini beberapa kali mengalami ahli fungsi saat Jepang datang menjajah Indonesia dari tahun 1942 sampai 1945.

“Ya sekolah ini sudah ada diperuntukan bagi penyandang tuli – bisu, tetapi pada masa pemerintahan Jepang, itu sempat dipergunakan oleh tentara Jepang (selama peperangan jepang) dan setelah peperangan. Jepang berakhir lembaga pendidikan sekolah dan asrama dipergunakan untuk klinik bersalin,” ujar Ine.

Ine menjelaskan setelah Indonesia merdeka, fungsi bangunan tersebut dikembalikan lagi menjadi sekolah tuli-bisu.

“Setelah Indonesia merdeka dikembalikan fungsi ke awalnya yaitu sebagai sekolah tuli – bisu itu sekitar tahun 1950-an,” ujarnya.

Pada tahun 1954 Departemen Pendidikan menetapkan lembaga pendidikan untuk para penyandang cacat di Indonesia dinamakan Sekolah Luar Biasa (SLB).

SLB B Cicendo Bandung berstatus swasta, yaitu kepunyaan Yayasan Perkumpulan Penyelenggara Pendidikan Anak Tunarungu (YP3 ATR) yang juga ditetapkan oleh Pendidikan dan Kebudayaan menjadi sekolah latihan SGPLB ( Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa).

Ine menuturkan pada tahun 2009, SLB Negeri Cicendo Bandung, resmi mejadi sekolah negeri.

“Bulan Februari 2009 kita berubah status, sekolah ini menjadi negeri oleh Gubernur Jawa Barat,” ujarnya

Bangunan dengan gaya arsitek Art Deco ini menjadi bangunan Cagar Budaya yang ditetapkan perda Kota Bandung No : 19/2009. Keterangan ini ditulis di sebuah keramik yang ditempel ditembok depan bangunan sekolah tersebut.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul SLBN Cicendo Kota Bandung, Sekolah untuk Tunarungu Tertua di Indonesia, Berdiri Tahun 1930, https://jabar.tribunnews.com/2019/03/14/slbn-cicendo-kota-bandung-sekolah-untuk-tunarungu-tertua-di-indonesia-berdiri-tahun-1930.
Penulis: Syarif Pulloh Anwari
Editor: Ichsan

By admin

  1. Pendidikan adalah seni untuk membuat manusia makin berkarakter.
  2. Hati yang bersih, niat yang kuat, tekad yang bulat dan usaha yang maksimal adalah karakter para pembelajar sejati.
  3. Pendidikan melahirkan kepercayaan. Keyakinan melahirkan harapan. Harapan melahirkan perdamaian.
  4. Pendidikan bukan cuma pergi ke sekolah dan mendapatkan gelar. Tapi, juga soal memperluas pengetahuan dan menyerap ilmu kehidupan.
  5. Kegagalan terbesar kita sebagai manusia adalah ketika kita berhenti untuk belajar.
  6. Tidak ada kekayaan seperti pengetahuan, tidak ada kemiskinan seperti ketidaktahuan.
  7. Hidup itu seperti bersepeda. Kalau kamu ingin menjaga keseimbanganmu, kamu harus terus bergerak maju.
  8. Tanpa sasaran dan rencana meraihnya, Anda seperti kapal yang berlayar tanpa tujuan.
  9. Pendidikan adalah teman yang baik. Seseorang yang terdidik akan dihormati dimanapun. Pendidikan mengalahkan kecantikan dan jiwa muda.
  10. Salah satu amal yang terus mengalir sampai nanti di surga, adalah ilmu yang bermanfaat.
  11. Membuat anak-anak bisa berkata jujur adalah permulaan pendidikan.
  12. Setiap orang tua menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah.
toggle